BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosial
Budaya adalah hal yang diciptakan manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya
untuk atau dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan, perubahan
sosial budaya merupakan
sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Oleh karena itu, masalah sosial yang kecil yang
terjadi dalam masyarakat perlu diperbaiki agar tidak membudaya.
B.
Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini antara lain:
1. Mengetahui
tentang sosial budaya yang ada di masyarakat
2. Mengetahui
masalah sosial budaya yang terjadi di desa muncar
3. Mengetahui
sebab-sebab masalah sosial budaya di desa muncar
4. Mengetahui
langkah yang harus diambil dari masalah sosial budaya di desa muncar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Gambaran
Keadaan Sekarang
Bahwa keadaan
sosial budaya di desa Muncar dapat dilihat dengan jelas dari kegiatan budaya
masyarakat di desa tersebut.
Misalnya:
Di sebuah desa tersebut, ada salah
satu warga desa yang sedang mengadakan acara hajatan, biasanya ketika dalam
acara hajatan tersebut warga desa sekitar membantu orang yang punya hajatan,
seperti halnya dengan rewangan (dalam bahasa jawa). Namun, terkadang pula ada
warga desa yang enggan membantu atau ikut berpartisipasi dikarenakan:
1. Tingginya
rasa ego
2. Rendahnya
rasa untuk bersosialisasi
3. Malas
4. Individualisme
B.
Identifikasi
Masalah
Beberapa dari
warga desa Muncar masih sulit untuk mengembangakan rasa sosialnya yang
disebabkan:
1.
Tingginya
rasa ego
Rasa ego adalah
perilaku yang mementingkan diri sendiri. Sifat ini mengutamakan kepuasan
sendiri yang mencegah sesuatu melawan atau mengalahkan kepentingannya. Dan
sifat seperti ini biasanya tidak memperdulikan kepentingan orang lain.
2.
Rendahnya
rasa untuk bersosialisasi
Rasa untuk
bersosialisasi yaitu perasaan yang memikirkan bahwa dirinya tidak akan bisa
hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Oleh karena itu penting apabila
seseorang yang hidup bermasyarakat untuk saling bersosialisasi. Apabila dalam
hidup bermasyarakat kurang adanya rasa bersosialisasi maka akan terkucilkan.
Misalnya:
Nyonya Ina tidak
membantu dalam perayaan hajatan nyonya Tuti disebabkan ketika nyonya Ina tengah
memiliki hajatannya dulu si nyonya Tuti juga tidak membantu. Maka timbullah
rasa ego dan rasa tidak terima dari nyonya Ina sehingga menyebabkan nyonya Ina
mmiliki rasa sosial yang rendah.
3.
Malas
Sesungguhnya
sifat malas ini adalah salah satu sifat dari karakteristik seseorang, yang
menyebabkan seseorang tersebut memiliki rasa acuh tak acuh terhadap kegiatan
yang ada dilingkungan sekitar yang diakibatkan dari sifat malas tersebut.
4.
Individualisme
Individualisme
merupakan falsafah atau pandangan hidup seseorang yang ditentukan oleh dirinya
sendiri yang menekankan kemerdekaan dan kebebasan dirinya sendiri. Sesungguhnya
sifat individualisme setengah dari sifat egois, jadi sifat individualisme tidak
jauh beda dengan egois. Yang membedakan adalah kalau sifat egois masih
bersosialisasi dengan lingkungan karena hanya ingin mencari keuntungan/
kepuasan untuk dirinya dengan tidak memikirkan kepentingan orang lain,
sedangkan individualisme sama sekali tidak bersosialisasi dengan lingkungan dan
tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain karena menurutnya segala
sesuatu masih bisa dilakukan sendiri (non sosial).
C.
Alternatif Pemecahan Masalah
1.
Mengurangi
sifat ego
Sebagai warga
yang baik kita dapat memberikan nasehat kepada sesama warga, cara yang paling
cepat biasanya dengan menumbuhkan rasa “memerlukan” (Super Ego) pada orang
tersebut. Misalnya menyapa, menawarkan pertolongan, atau sejenisnya yang bersifat
memberi sesuatu kepada dia. Dengan semakin banyaknya keperluan seseorang
terhadap kita, akan semakin mudah pula bagi kita untuk “mengendalikan” orang
tersebut. Adapun “keperluan” yang dimaksud bukan karena kita sendiri yang
memiliki banyak kekurangan yang kemudian selalu dicari/dipanggil seseorang
untuk memenuhi kekurangan tersebut, melainkan kita dalam kondisi netral atau
tidak berutang sesuatu kepada orang tersebut. Berikutnya, agar sifat Ego
melunak, maka harus disertai dengan penumbuhan sifat dari sifat mementingkan
diri sendiri menjadi membutuhkan orang lain dan merasa “rendah diri” atau sadar
akan kekurangan diri.
2.
Mempererat
tali persaudaraan
Dengan
menanamkan pemikiran bahwa kita semua adalah saudara. Dengan senyum, salam,
sapa dan supel (padai bergaul), itu semua hal yang dapat mempersatukan tali
persaudaraan. Dengan mempersatunya tali persaudaraan maka tidak akan ada rasa canggung,
rasa acuh, rasa tidak perduli akan satu sama lain.
3.
Menanankan
jiwa gotong royong
Jiwa gotong
royong akan lebih mudah ditanamkan ketika seseorang sudah mempererat tali
persaudaraan. jika sudah berfikir bahwa semua adalah saudara maka, ketika
seseorang sedang membutuhkan bantuan maka kita sebagai saudara tidak akan
berfikir lagi untuk mengulurkan tangan dalam membantunya. Dan apabila sesuatu
hal dikerjakan secara bersama-sama akan lebih ringan dari pada dikerjakan
sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Bahwa masalah sosial budaya yang terjadi di desa
Muncar seperti halnya membantu perayaan hajatan merupakan contoh kecil dari
salah satu kegiatan yang ada di desa. Melalui tanggapan atau respon warga
sebagai anggota masyarakat dengan berbagai alasan dan faktor seperti rasa
egois, dan hilangnya rasa bersosialisasi ini yang menyebabkan konflik antar
warga. Maka dengan cara meningkatkan tali persaudaraan dan jiwa gotong
royonglah yang dapat menyelesaikan masalah sosial budaya tersebut.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking