Dinsdag 21 Mei 2013

ABSTRAK KTI


Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Emesis Gravidarum di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu Tahun 2012
A.    Latar Belakang
                Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini AKI dan AKB akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak.
            Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan-kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 mg), triwulan II (12-28mg) dan triwulan III (28-40 mg). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu.
            Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80 % Primigravida dan 40-60 % Multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12 % ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan.
            Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup. Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat mengganggu kehamilan selanjutnya.
           
            Bidan dalam melakukan pelayanan ANC hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai keluhan yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya emesis gravidarum. Karena masih banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya.Dalam penelitian ini dibatasi oleh pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengaruh dan penanganan emesis gravidarum. Di RB Bina Sejahtera II Tri Rahayu selama bulan januari tahun 2012 terdapat 38 orang ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke RB tersebut. Dari 10 ibu hamil trimester I yang disurvey 6 diantaranya mengalami emesis gravidarum.

B.     Masalah Penelitian
            Masalah penelitian ini adalah jumlah ibu hamil Trimester I  pada multigravida dan  primigravida yang  mengalami emesis gravidarum masih banyak pada tahun 2012. Sehingga banyak ibu hamil Trimerster 1 belum mengetahui tentang emesis gravedarum.

C.    Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah Deskriptif.

D.    Subjek Penelitian
            Subjek dalam penelitian ini adalah ibu hamil Trimester I.

E.     Objek Penelitian
            Objek dalam penelitian ini adalah Pengetahuan ibu hamil Trimester I tentang emesis  gravidarum.

F.     Populasi dan Sampel Penelitian
            Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil multigravida dan primigravida pada Trimester I

G.    Metode Analisis
            Metode yang diambil dalam penelitian ini adalah metode diskriptif .

Donderdag 09 Mei 2013

MAKALAH TEORI OREAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Model kebidanan suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Macam-macam  teori model kebidanan yang ditawarkan seperti :
1.      Teori Reva Rubin
2.      Teori Ramona Mercer
3.      Teori Ernestien Wiedenbach
4.      Teori Ela Joy Lehmern
5.      Teori Oream
6.      Medical Model
7.      Midwifery model
Dari beberapa macam teori model yang ditawarkan diatas, penulis akan menerangkan salah satu model konseptual kebidanan dari Oream. Teori Oream dibagi menjadi 3, yaitu;
1.      Self Care Theory
2.      Self Care Defisit Theory
3.      Nursing System Theory

B.     Tujuan
Tujuan pembuatan makalah tentang “Teori Oream” adalah  agar mahasiswa mengetahui teori yang dikemukakan oleh Oream, sebagai penunjang belajar dan bekal dalam model kebidanan.





BAB II
KAJIAN TEORI

A.    SELF CARE THEORY
Teori ini mengemukakan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan berhak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri kecuali jika tidak memungkinkan,orang yang biasa memenuhi kebutuhan self care sendiri di sebut Self Care Agent.sedangkan bagi bayi,anak,orang yang sakit berat atau tidak sadar,keluarga atau orang tua merupakan Dependent Care Agent.
Kebutuhan Self Care dibagi 3 kategori;
1.      Universal Self Care
Yaitu kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan udara,air,makanan,eliminasi,keseimbangan aktifitas dan istirahat.
2.      Development Self Care
Yaitu kebutuhan yang timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan dimana individu tersebut berada, sehingga kebutuhan ini di hubungkan dengan siklus kehidupan manusia.
3.      Health Deviation Self Care
Kebutuhan yang ada jika seseorang kesehatannya terganggu yang mengakibatkan perubahan perilaku self care.

B.     SELF CARE DEFISIT THEORY
Bila individu mampu untuk memenuhi tuntutan self care maka kebutuhan untuk merawat diri sendiri akan terpenuhi, tetapi bila tuntutan lebih besar dari kemampuan maka akan terjadi ketidak seimbangan yang disebut self care defisit.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self care dapat dicapai dengan :
1.      Menurunkan kebutuhan self care ke tahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2.      Meningkatkan kemampuan pasien untuk dapat memenuhi self care.
3.      Mengijinkan keluarga atau orang lain untuk memberikan dependent care bila self care tidak memungkinkan.
4.      Jika hal tersebut tidak dapat dilaksanakan maka bidan yang akan melaksanakannya.ban tuan yang dapat diberikan adalah berupa : berperan atau melakukan, mengajak, membimbing, mendukung dan menciptakan lingkungan yang menunjang tumbuh kembang.

Untuk dapat memberikan maka bidan harus memperhatikan  aspek penting yaitu :
1.      Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga sampai kelompok tersebut mampu melaksanakan asuhan sendiri.
2.      Menentukan bantuan yang dibutuhkan pasien.
3.      Memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
4.      Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga.
5.      Mengintergrasikan asuhan dengan kegiatan sehari hari pasien dan pelayanan kesehatan lainya sehingga untuk memberikan bantuan kepada pasien diperlukan pengetahuan tentang manusia, kebutuhan self care, self care defisit, dan menerapkan 5 teori bantuan.

C.    NURSING SYSTEM THEORY
Teori ini dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Totally Compensatory Nursing System
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan semua aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self-care.
2.      Partially Compensatory Nursing System
Perawat mengambil alih sebagian aktivitas untuk memenuhi kebutuhan self-care  On aktivitas lain masih dapat dilakukan oleh pasien satu keluarga.



3.       Educative Supportive Nursing System
Pasien berpotensi untuk memenuhi kebutuhan self-care. Aktivitas perawat hanya memberi penyuluhan dan dukungan kepada pasien sehingga diharapkan ia dapat memenuhi kebutuhan self-care untuk dirinya.

Proses keperawatan berdasarkan self-care model. Definisi proses keperawatan menurut orem :
ü  Menentukan mengapa seseorang membutuhkah asuhan keperawatan.
ü  Menentukan sistem bantuan keperawatan.
ü  Merencanakan pelaksanaan bantuan keperawatan yang spesifik.
ü  Memberikan dan mengevaluasi pelaksanaan bantuan keperawatan

Langkah-langkah
1.      Pengkajian
Tujuan     :     menentukan kebutuhan self care individu, mengidentifikasi apakah ada atau tidak ada self care deficit.
Perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga dalam merencanakan strategi yang akan mengurangi / menghilangkan
deficit yang ada dengan:
ü  Mengurangi kebutuhan self care
ü  Meningkatkan keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self care
ü  Memperbolehkan keluarga satu orang lain memberikan dependent care Memenuhi langsung kebutuhan self-care
ü  Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien sehari-hari, pelayanan kesehatan yang lain diperlukan / diterima dan pelayanan sosial dan pendidkan yang diperlukan /diterima.
Tiga kategori kebutuhan self care dapat dipakai sebagai kerangka pengkajian :
a.      Universal
Menggunakan observasi, pengukuran dan wawancara untuk mengidentifikasi pola normal kebutuhan pasien sehari-hari, mengidentifikasi dan menganalisa ketidakseorangan melakukan self-care.
b.      Developmental
Mengidentifikasi perubahan gaya hidup pasien atau siklus kehidupan dan kebutuhan akan pengembangan yang timbul dari perubahan tersebut.
c.         HealthDeviation
Pengaruh sakit atau penyakit terhadap atau observasi perilaku yang dapat mengarah pada penyakit.

2.         Perencanaan
Setelah mengidentifikasi self-care deficit maka data ini dapat dipakai sebagai pemyataan masalah dalam rencana keperawatan. Kemudian perawat menentukan sistem keperawatan yang diperlukan : totally compensatory, partially compensatory atau educative I supportive serta tujuan yang telah ditentukan oleh perawat-pasien, untuk menghilangkan self-care deficit.




3.         ImpIementasi
Merupakan tindakan yang mengandung 5 bantuan yaitu melakukan, memberi penyuluhan, membimbing, mendukung dan menciptakan lingkungan yang menunjang tumbuhkembang.

4.       Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus dengan membandingkan perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan hasil tindakan yang dilakukan.

Dinsdag 07 Mei 2013

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A.    Pengambilan Keputusan
1.      Pengertian Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan  integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
a)      Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
b)      Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
c)      Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
d)     Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.

2.      Teori Dalam Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
a)      Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
b)      Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
c)      Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
d)     Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

B.     Dasar-dasar Pengambilan Keputusan.
George R. Terry menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku :
1.      Institusi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
 Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a)      Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
b)      Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

2.      Pengalaman
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.





3.      Fakta
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

4.      Wewenang
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

5.      Rasional
Keputusan yang bersifat rasional  berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

C.    Faktor – factor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
1.      Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak memforsir tenaga).
Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg menimbulkan kesenangan.
2.      Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan. Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3.      Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.


4.      Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri)
5.       Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social. Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6.        Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik. Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.

D.    Tipe Pengambilan Keputusan
( Saraswati I, Tarigan L.H, 2002)
1.       Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup.
2.      Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan tersebut dirasakan paling tepat.
3.      Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4.      Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan tergesa-gesa.
5.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab.
6.      Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.

E.     Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
1.      Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).

2.      Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan (Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
a)      Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
b)      Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
c)      Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko,Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.
Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.

F.     Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
1.      Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
2.      Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan.
3.      Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
4.      Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
5.      Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab.
6.      Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.